Jumat, 03 Oktober 2014

Cerpen

Belajar Mencintai Mu

kring.. kringg.. bunyi alaram ku menujukan tepat jam 05:30. Seperti hari biasa, mandi, sarapan, kemudian berangkat ke sekolah.
Di sekolah
“ehh ndahh sebelum ke sekolah loe mandi apa nggak sih?” ledek ira sahabat ku.
“tega loe Ra bilangin sahabat sendiri nggak mandi” ujarku kesal.
“habis itu muka loe kusut banget. emang ada apa lagi sih? masih masalah yang sama? belum bisa lupain laki-laki brengsek itu? astaga indah indah, di luar sana masih banyak yang lebih baik dibanding dia” ujarnya panjang lebar.
“ira!! bisa nggak jangan sebut nama itu lagi” bentak ku.
“loe tuhh yang move on, jangan karena loe takut tersakiti, loe juga takut bahagia” kata ira.
“udah-udah jangan bahas itu lagi, tuh pak herman udah datang” sahutku sambil menunjuk pak herman.
Jam pertma pak herman dengan mata pelajaran matematika, selama jam pelajaran itu tidak 1 pun dapat aku pahami, belum lagi ingat kata-kata irah tadi.
“indahh!! indah!!” teriak irah.
“apaan sihh, berisik banget. pak herman mana rah?” tanyaku heran.
“aduh syang ku, pak herman udah keluar dari tadi. ke kantin yuk”.
“yuk” Sambil berlari menuju kantin.
Plakk. “aauu sakit” jeritku yang terjatuh di lantai.
“sorry sorry gue nggak sengaja” ujarnya sambil mengulurkan tangannya. “iya ngak apa-apa kok” sambil meraih tangannya.
Jam pulang telah tiba
karena hari ini ada rapat SISPALA (siswa pecinta alam), otomatis pulang telat. Rapat tadi membahas tentang perkemahan yang diadakan di luar sekolah. yang diwajibkan ikut hanya organisasi sispala.
Malamnya aku menyiapkan semua perlengkapan untuk besok.
“ya ampun udah jam 7 bisa bisa gue telat nihh” berlari menuju kamar mandi.
Tibanya di sekolah aku masih berlari memasuki barisan, tiba-tiba plakk “aduhh” jeritku yang terjatuh karena tersamabar seorang lelaki.
“aduhh maaf maaf gue nggak sengaja” sambil membantuku buat meperbaiki posisiku.
“iya iya nggak papa kok, tunggu dehh kamu bukannya yang nabrak aku juga kemarin kan?” sahut ku.
“ohh iya yah, sorry yahh lagi-lagi gue nabrak loe lagi” ujarnya menyesal.
“iya nggak apa-apa kok”
“yuk masuk barisan, entar dapat hukuman loh” sambil berlari dan menarik tangan ku.
Setelah mendengar aba-aba dari pembina, kami semua menuju ke tempat yang dituju.
Sesampainya di sana, semuahnya sibuk. ada yang sibuk mendirikan tenda, ada yang sibuk berberes dan lain-lainnya.
Malam telah tiba, semuahnya mendengar aba-aba dari pembina. Setelah itu semuanya masuk ke tenda masing-masing.
Keesokan harinya
Hari ini aku ditugaskan untuk membuat sarapan.
“aauu” jeritku yang kena cipratan minyak panas.
“lo ngak papa kan dah?”
“ehh rian, ngak kok, cuma kena cipratan minyak doang.”
“gue bantuin masak ya” menawarkan diri.
“serius? emang bisa masak?” tanyaku meledeknya.
“ya iyalah, sini gue bantuin.”
Selesai buat sarapan, kami pun makan bersama.
Hari ini jelajah alamnya seru, saking seruhnya nggak terasa udah hampir magrib.
malamnya kami kembali kumpul mengelilingi api unggun, sambil mendengarkan perintah pembina, dan besok sudah harus kembali ke sekolah. semuah anggota sispala memasuki tenda masing-masing, kecuali aku yang masih menikmati alam dan menatap api unggun.
Tiba-tiba serasa ada yang menyentuh bahuku, hingga aku merasa hangat.
“ehh rian” sambil memakaikan jaketnya di bahuku.
“kok belum tidur? besok pagi kan harus balik, tidur gihh” pinta rian
“ia ia ini udah mau tidur, loe juga tidur sana, biar nggak kesiangan.” pinta ku.
“indahh” panggil rian.
“iya? kenapa lagi?”
“nice dream yah”
“too rian”
Keesokan harinya
Semuahnya sudah berkumpul di lapangan.
“sebelum kita pulang, mari kita berdoa agar perjalanan kita lancar” kata pembina sambil menundukan kepala.
“indahh” panggilan yang tidak asing.
“ehh rian, lo kenapa?” tanyaku.
“ada yang mau gue bilang ke elo” tanyanya ragu.
“apaan?” penasaran.
“aku suka sayang kamu, mungkin ini terlalu cepat, tapi aku nggak mau menyimpannya lebih lama lagi” jawabnya lembut.
“aku belum belum sayang banget sama kamu tapi mungkin kalau hubungan kita lebih dekat bisa membuatku mencintai mu”
“aku janji, aku akan mengajari mu cara mencintaiku dengan tulus”
Benar kata irah, jangan karena aku takut sakit hati, bukan berarti aku juga takut bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar